Demikian pula –wahai hamba Allah ‘Azza wa Jalla- engkau akan selamat dari gelombang yang terus menampar, dari fitnah yang banyak menerpa dengan berpegang teguh secara jujur dan penuh kepada Kitabullah dan Sunnah NabiNya. Oleh karena itu Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُواْ
“Dan berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Allah ‘Azza wa Jalla dan jangan bercerai-berai.” (Ali-’Imran: 103)
Berpegang teguhlah dengan tali Allah ‘Azza wa Jalla. Berpeganglah dengan Kitabullah dan pegang kuat Sunnah ini, ambilh petunjuk dengan wahyu ini, ambilah faedah dari cahaya ini, dan datangilah kebaikan yang Allah ‘Azza wa Jalla utus dengannya Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-Nya Muhammad. Berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Allah ‘Azza wa Jalla dan jangan bercerai-berai. Dalam ayat ini ada peringatan dari sikap fanatik, ada peringatan dari berbagai madzhab, jalan dan manhaj. Tidak ada orang yang boleh kita ikuti secara penuh kecuali Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, kita tidak memiliki manhaj yang kita jalan di atasnya kecuali yang telah ditinggalkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dalam kitabNya dan sunnah rasulNya. Semua perilaku jahikliyah tempatnya dibawah kaki, semua jalan sempalan tempatnya di bawah kaki, tidak ada lain bagi kita kecuali kitabullah dan sunnah Nabi Nya Muhammad bin Abdillah-shallallahu ‘alaihi wa sallam-.
Barangsiapa datang kepadamu –wahai hamba Allah ‘Azza wa Jalla- mengajakmu kepada hizbiyah maka tolaklah, siapa datang kepadamu mengajak kepada selain manhaj Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- maka tolaklah, siapa datang kepadamu mengajak kepada jalan yang menyimpang, kepada manhaj dan pemikiran yang menyelisihi kitabullah dan sunnah rasulNya -shallallahu ‘alaihi wa sallam- maka tolaklah. Dakwah Ahlus Sunnah adalah dakwahb yang murbni, dakwah yang bersih, dakwah yang aman dari kesesatan dan penyimpangan serta ketergelinciran, tidak ada padanya sikap ta’ashub fanatic, tidak ada padanya hizbiyah, tidak ada padanya tujuan-tujuan qabailiyah, tidak ada lain kecuali seruan kepada Al-Kitab dan As-Sunnah yang bertolak dari Al-Kitab dan As-Sunnah.
Oleh karena itu Allah ‘Azza wa Jalla menjadikan dakwah diterima di muka bumi, Allah ‘Azza wa Jalla menjadikan padanya kebaikan, barakah, bermanfaat bagi Negara, keluarga, masyarakat dan individu. Siapa berpegang dengan kebaikan ini serta dia gigit maka Allah ‘Azza wa Jalla akan memuliakannya dengan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Maka janganlah berpaling dari kebaikan yang Allah ‘Azza wa Jalla telah tunjukkan kepada engkau ini, janganlah engkau berpaling darinya dan jangan pula engkau mencari gantinya. Hati-hatilah dari fitnah, menjauhlh dari kebid’ahan, menjauhlah dari khurafat dan menjauhlah dari perkara yang diada-adakan. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan bahwasanya ini adalah jalanKu yang lurus maka ikutilah dan jangan kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain) sehingga kalian tersesat dari jalanNya. Yang demikian ini Allah ‘Azza wa Jalla perintahkan kepada kalian agar kalian bertaqwa.” (Al-An’am: 153)
Telah diriwayatkan dalan As-Sunan dari Abdillah bin Mas’ud bahwa Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- menggaris sebuah garis yang lurus, kemudian menggaris beberapa garis pada samping kanan dan kirinya lalu bersabda pada garis yang lurus: “Ini adalah jalan Allah ‘Azza wa Jalla, adapun ini adalah jalan yang mana masing-masing dari jalan ini ada syaithan yang menyeru kepadanya”, kemudian Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- membaca ayat ini,
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan bahwasanya ini adalah jalanKu yang lurus maka ikutilah dan jangan kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain) sehingga kalian tersesat dari jalanNya. Yang demikian ini Allah perintahkan kepada kalian agar kalian bertaqwa.” (Al-An’am: 153)
Maka padanya ada peringatan dari sikap ta’ashub, maka menjauhlah dan menjauhlah dari perpecahan, dari perselisihan.
Diantara penyakit yang paling besar yang mana umat ini diuji dengannya adalah perpecahan, perselisihan dan manhaj yang beraneka ragam yang kebanyakan kaum muslimin diuji dengannya. Mereka menyimpang dari kitabullah dan sunnah Rasulillah lalu masuk kepada kesempitan, masuk kepada wala’ wal bara’ yang sempit, mereka memerangi kitabullah dan sunnah rasulNya -shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Hati-hatilah engkau dari berpegang dan terjerumus kepada kebid’ahan ini, dari hizbiyah ini sama saja yang nampak ataupun tidak. Hati-hatilah engkau dari yayasan dan jam’iyah hizbiyah, sama saja yang nampak ataupun yang tersembunyi. Wajib atas kita untuk merasa cukup dengan kitabullah dan sunnah rasulNya -shallallahu ‘alaihi wa sallam-.
Inilah dakwah ahlus sunnah pada masa lalu dan masa sekarang, mereka tidak menyimpang dari kaitabullah dan sunnah rasulNya -shallallahu ‘alaihi wa sallam- demi mencari gantinya. Wajib atas kita –wahai hamba Allah ‘Azza wa Jalla- untuk berjalan dan mengikuti jalan ini sampai kita berjumpa dengan Allah ‘Azza wa Jalla. Wajib atas kita untuk bersemangat dalam menyatukan kalimat kaum muslimin di atas Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ini merupakan landasan yang agung pada agama kita, ini adalah landasan yang agung pada dakwah kita. Yaitu kita bersemangat agra terjadi persatuan, kasih saying, ikatan yang erat seama kaum muslimin. Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla telah menjadikan kaum muslimin ummat yang satu dan menjadikan mereka satu rombongan. Bukankah Allah ‘Azza wa Jalla berfirman dalam kitabNya yang mulia,
إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ
“Sesungguhnya umat kalian ini adalah umat yang satu, dan Aku adalah Rabb kalian maka sembahlah Aku.” (Al-Anbiya’: 92)
Dan Allah ‘Azza wa Jalla juga berfirman memperingatkan kita dari apa yang dijalani kaum kuffar dari Yahudi dan Nashara, mereka berpacah belah dalam agama mereka dan tercabik-cabik menjadi banyak sempalan dan kelompok,
وَلا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ * مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
“Dan janganlah kalian termasuk orang yang menyekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi bergolong-golongan. Tiap-tiap golongan berbangga dengan ap yang ada pada mereka.” (Ar-Rum: 31-32)
Dan Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمْ وَكَانُواْ شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُواْ يَفْعَلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi bergolong-golongan tidaklah ada sedikitpun tanggung jawabmu atas mereka. Sesungguhnya perkara mereka kembali kepada Allah kemudian Allah memberitahukan kepada mereka akan apa yang mereka perbuat.” (Al-An’am: 159)
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi bergolong-golongan”. Yaitu mereka menjadi berkelompok (beberapa hizb) dan golongan.“Tidaklah ada sedikitpun tanggung jawabmu atas mereka”. Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- kita berlepas diri dari mereka.
Demikian pula Allah ‘Azza wa Jalla berfirman dalam kitabNya yang mulia,
وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّذِينَ تَفَرَّقُواْ وَاخْتَلَفُواْ مِن بَعْدِ مَا جَاءهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُوْلَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Dan janganlah kalian menjadi seperti orang yang berpecah-belah serta berselisih setelah datang kepada mereka keterangan. Bagi mereka adzab yang pedih.” (Ali-’Imran: 105)
Kita memiliki al-haq yang sangat terang dalam kitabullah dan sunnah Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Lalu apa yang manjadikan kebanyakan manusia menyimpang dari itu semua? Apa yang menjadikan kebanyakan manusia bersikap fanatic ta’ashub terhadap individu, padahal kita memiliki al-haq yang kita ambil dari Al-Kitab dan As-Sunnah?
“Dan janganlah kalian menjadi seperti orang yang berpecah-belah serta berselisih setelah datang kepada mereka keterangan”. Allah ‘Azza wa Jalla mengabarkan bahwa perpacahan ahlul kitab tidaklah timbul dikarenakan kebodohan ataupun karena sedikitnya ilmu, akan tetapi telah sampai kepada mereka petunjuk dan keterangan, mereka memiliki ilmu dan pengetahuan akan tetapi mereka memperalat ilmu dan pengetahuan yang dimiliki untuk berbuat zhalim sesame mereka.
وَمَا تَفَرَّقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلاَّ مِن بَعْدِ مَا جَاءتْهُمُ الْبَيِّنَةُ
“Dan tidaklah Ahlul Kitab berpecah belah kecuali setelah datangnya keterangan kepada mereka.” (Al-Bayyinah: 4)
-----------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan berikan Komentar, saran, dan masukan anda.,..